Memastikan Wajah Demokrasi Lewat Kesataran Emansipasi Kartini dan Sosialisasi Pemilu sejak Saat ini



Senin, 21 April 2025 - 21:29:15 WIB



Oleh: Tutie Rosmalina, MA*

 

 

Emansiapsi dan kesetaraan kesempatan untuk meraih pendidikan yang sama antara prempuan dan laki laki, merupakan Ruh perjuangan ibu kita Kartini, perjuangan tersebut dapat kita teladani di semua surat surat beliau yang menceritakan bagaimana perjuangannya, agar prempuan prempuan Indonesia mampu baca tulis di era tersebut. Dimana prempuan masih belum bisa mendapatkan akses yang setara dengan laki laki. 

Jika kita kaitkan dengan saat ini tentu perjuangan ibu kita Kartini, untuk memperoleh akses yang sama di dunia pendidikan sudah tercapai. Sudah tidak ada lagi sekat akses antara prempuan dan laki laki untuk dunia pendidikan. Anak anak kita atau bahkan kita mendapatkan peluang dan kesempatan yang sama untuk bisa duduk di bangku sekolah. Tinggal pilih bahkan mau negeri dengan konsekuensi biaya rendah dan atau sekolah swasta dengan biaya tinggi sesuai fasilitas yang di janji. 

Saat ini emansipasi dan kesetaraan mungkin perlu sedikit harus di teriakkan agak lantang di sisi demokrasi negeri ini, Wabil khusus kota Jambi. Masih rendahnya tingkat keterlibatan perempuan secara aktif sebagai calon walikota dan wakil walikota di pilkada kemarin mungkin bisa jadi tolak ukur. Bahwa prempuan masih relatif sulit di lirik dan kurang menarik untuk di jadikan petarung dalam konteks pertarungan pilkada. Entah karena prempuannya yang kurang kompeten dan kurang terkenal atau hal lain yang mungkin tidak bisa di jabarkan melalui tulisan sederhana ini. Yang mungkin harus di kembangkan melalui penelitian dan narasi lebih lengkap, serta komperhensif. 

Untuk pilkada kota Jambi pasangan calon walikota dan wakil walikota di ketahui ada dua pasang calon yang kedua pasangnya adalah laki laki, yang tentu jika keterwakilan nya akan kita lihat dari jenis kelamin maka keterwakilan prempuan tidak ada. Namun apakah hal tersebut akan berbanding sama Dengan keterwakilan aspirasi, ide dan gagasan. Yang pasti bisa kita lihat dari visi misi pasangan calon. 

Selain dari hal tersebut diatas kita harus melihat dari sisi ketertarikan pemilih prempuan untuk datang ke TPS memberikan suaranya. Apakah sudah di anggap mampu mewakili jumlah pemilih. Atau bahkan menurun. Jika kembali di tarik dari jumlah partisipasi pemilih pada pilkada kota Jambi juga menurun secara persentase yang hanya di angka 60,45%.

Namun hal ini tidak bisa kita bandingkan lurus dengan kabupaten kota lain jika soal persentasi pemilih yang hadir ke TPS yang tentu juga akan di pengaruhi banyak hal. Rendah atau tinggi nya tingkat partisipasi pemilih. Tidak hanya sebatas soal sebaik apa KPU mengemas dan mendesain soal sosialisasi dan ajakan ke TPS, Tetapi juga peran aktif pasangan calon untuk mempromosikan diri, dan menjanjikan pembangunan yang akan di laksanakan jika terpilih. Bahkan hal ini bukan hanya salah satu pasangan calon saja namun harus ke dua pasangan calon. Agar informasi yang di terima masyarakat berimbang. 

Terlepas dari dealektika siapa yang keluar jadi juara soal keterwakilan prempuan saat pilkada baik di kota Jambi maupun Indonesia secara menyeluruh. Perlu kita lihat dengan seksama sejauh mana ruh dan harapan ibu kita Kartini soal emansipasi dan kesetaraan ini mampu memberi nafas pada semua lini perjuangan, yang tentu saja tidak hanya sebatas pada akses pendidikan yang sekarang sudah cukup baik untuk prempuan maupun laki laki. 

Bagaimana demokrasi di negeri kita ini, mampu memberi ruang dan akses yang setara bagi prempuan, prempuan aktifis yang memiliki jiwa kepemimpinan dan kemampuan bernegosiasi, menejerial dan kepemahaman yang baik tentang demokrasi tentunya. 

Perlu di fikirkan pola pola demokrasi dan pelatihan kepemimpinan oleh partai politik untuk menyiapkan kader keder prempuannya, yang cakap dan mumpuni untuk di calonkan. Yang pada akhirnya bukan hanya sebatas mencukupi kuota keterwakilan prempuan. Yang di akhir juga tidak hanya sebatas pelatihan. Juga perlu d lakukan kesempatan dan akses yang sama untuk mendapatkan biaya atau akomodasi politik untuk bertarung. 

Bagaimana partai mampu membranding prempuan berkualitas yang memiliki ide dan gagasan yang setara dengan kandidat laki laki. Sehingga sosialisasi yang di lakukan oleh KPU mampu di terima dan dikenali Dengan mudah oleh masyarakat. 

Sehingga pilkada maupun pileg bukan hanya sekedar pesta demokrasi lima tahunan. Tetapi lebih kepada mempromosikan kader kader terbaik. Dan tahapan tahapan pergantian pemimpin di negara ini, jika saja perjalanan demokrasi di negara ini, di mulai dengan bergandeng tangan antara, KPU, Pemerintah dan partai politik setelah pasca pemilihan Sampai dengan akan pemilihan lagi. Maka rasanya tidak ada gab antara kandidat prempuan dengan kandidat laki laki.

Tidak ada kata tidak mumpuni untuk calon prempuan dan bahkan tidak ada kata tidak memiliki biaya operasional untuk kandidat prempuan. Asalkan kesempatan dan akses serta kemampuan berpolitiknya di bangun se dari dini. 

Keterkenalan kandidat prempuan juga bisa di lakukan setara dan sejajar dengan kandidat laki laki dalam forum forum sosialisasi. Agar prempuan di beri ruang untuk membangun kepercayaan diri dan kemampuan mempromosikan diri sebagai calon yang setara dari intelenjensi.

Di akhir Tulisan ini, saya ingin menegaskan bahwa sebagai pengawal demokrasi perlu di lakukan sosialisasi sosialisasi tentang pemilu dan demokrasi pasca pemilu dan pilkada berakhir, tidak hanya ketika mendekati pemilihan lima tahunan, tentu saja jika sosialisasi hanya dilakukan menjelang pemilihan, maka keterbatasan dan peserta yang menjadi target sosialisasi juga terbatas, dan bahkan sulit sekali menjangkau pemilih prempuan, yang perlakuaannya tidak sama dengan pemilih laki laki, yang bisa mendapatkan akses dan informasi dan tempat tongkrongan, bisa di pastikan jika prempuan nongkrong maka yang dibahas bukan soal siapa calon walikota dan wakil walikota. Namun hal lain yang di anggap lebih menarik secara femenisme. Untuk hal ini maka harus butuh waktu yang panjang melakukan sosialisasi bagi pemilih prempuan di bandingkan pemilih laki laki. Sosialisasi penting dilakukan oleh pemerintah, KPU dan partai politik untuk memastikan demokrasi masih berjalan dengan baik di negeri ini. 

 

SELAMAT HARI KARTINI " 

 

Allahuaklambisawaf





Artikel Rekomendasi