Komunikasi Tuan Guru



Senin, 14 November 2022 - 10:58:32 WIB



Oleh: Amri Ikhsan*

 

 

 

Guru adalah profesi yang paling tua di muka bumi, sepanjang manusia ada, maka di situ ada guru. Guru dalam konteks mendidik, mengajari, membuat contoh kepada manusia lain. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dalam konstruksi formal, tapi guru yang berdiri di depan manusia lain di mana saja dan kapan saja.

Guru dalam menjalankan tugasnya, tentu tidak luput dari interaksi atau komunikasi. Komunikasi guru adalah proses penyampaian pesan kurikulum dengan harapan bisa membawa atau memahamkan pesan itu kepada peserta didik (siswa) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku.

Dalam pembelajaran di dalam kelas, proses komunikasi akan berlangsung antara guru ke siswa atau sebaliknya, komunikasi pembelajaran harus dipandang sebagai jantung atau inti kegiatan pembelajaran. Dalam komunikasi pembelajaran inilah terjadi intraksi edukatif yang berlangsung dalam bentuk pertukaran pesan tentang materi pembelajaran.

Menurut sejumlah penelitian, 75% dari seluruh waktu dipakai untuk berkomunikasi. Sesungguhnya komunikasi merupakan anugerah kenikmatan bagi manusia. Ia memegang peran yang sangat urgen untuk menerjemahkan kehendak dan kemauan apalagi dalam pembelajaran.

Cara berkomunikasi merupakan salah satu bentuk strategi guru, yang bisa membuat siswa mau belajar atau malah sebaliknya. Oleh sebab itu dalam berkomunikasi, guru harus bisa menjaga tuturan yang membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar yang bisa membahayakan masa depan anak bangsa. Berkomunikasi yang baik merupakan salah satu manifestasi dari kompetensi guru.

Komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan dan pembelajaran baik sebagai individu maupun sebagai profesi guru. Komunikasi dibutuhkan untuk mengatur tatakrama pergaulan antar siswa dalam pembelajaran. Komunikasilah yang menggerakkan dan menginspirasi siswa untuk belajar.

Jadi, komunikasi merupakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam pembelajaran, sebab dengan komunikasi yang baik akan memberi pengaruh langsung pada motivasi siswa dalam pembelajaran, bisa dikatakan faktor komunikasi dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam meningkatkan kompetensinya.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kegagalan yang dialami umat manusia terjadi karena gagalnya berkomunikasi atau buruknya bentuk komunikasi yang digunakan. Seorang guru profesional yang mempunya ilmu ‘lebih’ terkadang gagal mentransfer ilmunya kepada siswanya karena buruknya cara berkomunikasi.

Komunikasi guru dalam pembelajaran perlu mempertimbangan bentuk-bentuk komunikasi Qur’ani: Pertama, Qaulan Ma’rufa, perkataan guru harus dikenali oleh siswa, ucapan guru mestinya pantas dan baik, pantas dalam arti kata-kata yang terhormat, sedangkan “baik” bermakna kata-kata yang “sopan” (Wahyu Ilaihi). Berkomunikasi guru harus menggunakan bahasa mudah dimengerti dan dicerna oleh semua siswanya.

Kedua, Qaulan Karima, perkataan yang mulia (Ibn Kasir). Penggunaan kata tersebut erat kaitannya dengan etika dalam berkomunikasi, bagaimana guru ketika sedang berbicara menggunakan bahasa yang baik dan mulia. Ini tentu akan menggairahkan siswa dalam belajar, pembelajaran yang sulit, tapi disampaikan dengan bahasa yang ‘mulia’, minimal akan membuat siswa berusaha untuk memahami materi tersebut, dengan sendirinya siswa akan belajar sendiri diluar jam belajar.

Ketiga, Qaulan Maisura, dimudahkan, ada kemudahannya (Ristek Muslim), perkataan yang mudah dipahami oleh siswa, strategi guru membuat materi yang sulit menjadi mudah dipahami. Tidak elok menggunakan bahasa-bahasa yang terkesan “tinggi”  yang kemungkinan tidak pahami siswa. Pilihan kata guru sangat menentukan keberhasilan komunikasi pembelajaran.

Keempat, Qaulan layyina, perkataan yang lemah lembut (9Ristek Muslim). Perkataan yang lemah lembut dalam komunikasi diharapkan dapat mempengaruhi siswa atau memberikan efek positif, sehingga dengan kekuatan ‘kelembutan’ akan membuat ‘hati keras’ siswa  tidak mau belajar akan luluh.

Kelima, Qaulan Sadida, tepat, relevan, benar dan serasi (9Ristek Muslim) perkataan yang yang tepat sasaran. Perkataan yang bukan hanya dituntut benar informasinya tetapi juga adanya ketepatan penggunaan baik waktu penggunanya maupun tempat dimana digunakan. Cara berkomunikasi bukan hanya dituntut untuk menyampaikan apa yang terjadi sebenarnya, tetapi menuntut guru untuk melihat ketepatannya.

Keberhasilan suatu komunikasi bukan terletak pada panjangya suatu informasi, tetapi sejauhmana informasi tersebut atau pesan-pesan yang disampaikan dapat menyentuh hati siswa, sehingga dapat berbekas dalam hati mereka

Guru mestinya memiliki kecerdasan komunikasi, sebuah seni menyelarasakan antara ucapan, tulisan,  tingkah laku. Semua orang bisa berkomunikasi, tapi banyak yang tidak mampu mempertahankan kualitas hubungan dibutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik agar tujuan komunikasi dalam membangun hubungan antar sesama terjalin erat seperti apa yang diharapkan.

Artinya, tidak ada manusia tanpa hubungan komunikasi. Demikian juga, tidak akan ada pembelajaran tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan sarana inti yang menghubungkan segala unsur dalam pembelajaran. Guru yang tidak cerdas dalam berkomunikasi akan tidak berdaya menghadapi ‘tingkah laku’ siswa’.

Komunikasi adalah kebutuhan manusia. Tak satupun manusia yang bisa bertahan hidup tanpa berkomunikasi. Guru juga manusia. Dia perlu berkomunikasi dengan orang lain khususnya dengan koleganya. Disamping itu, guru adalah salah satu tiang utama pembangunan bangsa.

Jabatan guru merupakan tugas strategis yang memerlukan kolaborasi dengan pihak lain dalam mencari ide, masukan dalam menemukan pendekatan, metode, strategi dan tehnik yang paling mampuni dalam proses pembelajaran dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Jelas sekali bahwa komunikasi guru dengan koleganya merupakan sesuatu yang esensial.

Bisa diprediksi bahwa guru akan ‘kehilangan akal’ dalam mengelola proses pembelajaran secara maksimal jika mereka tidak melakukan komunikasi dengan pihak lain dalam memperkaya khasanah idenya dalam proses pembelajaran.

Kelihatannya guru banyak yang ‘terkekang’ dengan tugas yang ‘maha berat’. Harus diakui, guru lebih banyak tapi tanpa ada nilai komunikasi. Guru tidak punya waktu dan tidak menciptakan momentum untuk ‘ bercengkrama ilmiah’ dan berdiskusi ‘hangat’ dengan temannya di sekolah untuk membahas substansi pembelajaran.

Kini guru memiliki Kurikulum Baru, Kurikulum Merdeka, coba komunikasi nilai, konsep, keunggulan, makna Kurikulum itu dengan kolega di madrasah/sekolah masing masing, jangan hanya ‘menunggu’ dipanggil untuk pelatihan. Ayo belajar mandiri dengan berkomunikasi!

*) Penulis adalah seorang pendidik di Madrasah



Artikel Rekomendasi