Taman Budaya Jambi Menampilkan Pertunjukan Kelas Nasional



Selasa, 06 September 2022 - 08:34:20 WIB



JAMBERITA.COM- Pada pembukaan acara Telusur Tanah Berjejak pada pembukaan pameran seni rupa di Taman Budaya Jambi dalam pendukungan Kenduri Suwarnabhumi yang merupakan program Dirjen Kebudayaan dan Provinsi Jambi sebagai pilot projeknya dengan berbagai kegiatan di Kabupaten Kota di Provinsi Jambi, diawali dengan Kenduri Pusako di Tanjung Tanah Kabupaten Kerinci, dengan naskah Melayu Tertuanya, sampai Festival Dhamasraya, hingga Pantai Timur Jambi, dan kembali ke kota Jambi dengan Festival Batangharinya.

Pada pembukaan pameran seni rupa Telusur Tanah Berjejak yang saat pembukaannya di guyur hujan lebat, namun berhenti di detik detik acara puncak yang di buka Wakil Gubernur Provinsi Jambi, yang di pintu masuk di sambut dengan tetabuhan ikatan keluarga Minang Jambi, kemudian menelusuri instalasi bambu yang di buat para perupa Jambi, instalasi ini mewakili kabupaten kota di provinsi Jambi, dan mengambarkan peradaban kehidupan di sepanjang sungai Batanghari. Kemudian para tamu memasuki pintu utama Teater Arena dan di sambut dengan tarian seribu lilin yang diiringi dengan musik, perpaduan tradisi dan modern dengan nada nada khas puncak Pulau Perca hingga turun ke pantai dengan tala khas kelintang perunggunya, hingga melepas Dara Petak Dan Dara Jingga melabuh samudera, pertunjukan dengan background visual Amoghapasa, rumah tua, dan candi candi tua. Secara spontan membawa penontan ke sejarah masa lampau.

Skenario pertunjukan ini menurut penulis naskah, bukan hanya diambil dari cerita cerita lisan saja, atau hasil searching di goggle, dan bukan sekedar fiksi sejarah, namun sebelumnya melalui kajian dan penelitian panjang, dengan data data baik arkeologis, manuskrip kuno, maupun studi pustaka dari sumber yang bisa di pertanggungjawabkan, dan untuk tujuan pertunjukan ia disarikan secara sederhana, agar pesan pesan dari nilai nilai baik itu bisa sampai dan dimaknai khalayak umum.

Garapan 25 menit ini di sutradarai lansung Eri Argawan selaku kepala Taman Budaya Jambi, Naskah dan Skenario M. Ali Surakhman, dan musik serta tari di olah oleh seniman kawakan Armen Suwandi dan Doni Osmon, Tata Busana Lies Argawan, para pemusik dan penari dari sanggar Sekintang Dayo Jambi, sebelum menjadi sebuah garapan selama satu bulan telah berkali kali mengalami proses bongkar pasang akar menemukan alus yang pas dan bagaimana pesan dari pertunjukan ini sampai, dan dialog dan syair betul betul diambil dari manuskrip kuno beraksara Incung, walau di rubah sedikit mentesuaikan tema. salah satu bait dialog :

Dara Petak

Sri Maharaja Diraja Yang Dipatuan Pulau Perca,

           Berpusaka Keris Cindagiring Penikam Batu, bertombak Lembing Tamara tetar segar jantan,

           Membawa lemadat tuang Lembago, sepatah dibawa naik setitik disusul turun, Menempuh rantau sakti rimba bertuah, hingga tersarung ke Gunung Barapi

           Di lepas pandang ke hilir pandang ke mudik, ke tambang Panjaringan ke Langgundi yang bersela ke riak air yang berbalik mudik, ke Tarak Air Hitam ke baruh bento berayun disitu buaya putih daguk, situlah Serangkak yang berdengking anjing yang menyalak, Terus serintik hujan panas ke Sipisung-pisung hanyut, lepas ke Taratak Air Hitam sampai ke Teluk Jayapura.

           Sejak Durian Bujang ditakuk raja, sejak Sialang Berlantak Besi, maka menyerong ka gunung Melintang, di belakang tanah Jawi di muka tanah Suwarnabhumi.

 Selepas pertunjukan yang juga di hadiri tim dari Dirjenbud, Direktur PTLK Judi Wahyudin dan Pamong Budaya Utama Pak Siswanto, saat menuju ke panggung untuk memberi kata sambutan, beliau lansung mengatakan “Saya di sambut dengan pertunjukan kelas Nasional” dan meminta video utuh dari pertunjukan itu. Selesai acara mereka menuju ruang pameran lukisan dan berhenti lama di lukisan “Niti Mahligai” karya perupa muda Marten Agung, dimana karya tersebut mengambil tema upacara ritual Asyeik Niti Mahligai dari Kerinci, karya tiga dimensi yang dirupa diatas plat logam banyak menarik pandangan pengunjung, menurut Marten ia datang ke pameran ini setelah lolos kurasi dari para kurator, mereka datang dari Padang Panjang Sumatera Barat dengan timnya dan membawa 15 karya, mereka terdiri dari anak anak muda yang menimba ilmu seni rupa disana dan rata rata perupa muda ini baru menyelesaikan S2 nya disana, karya yang tak hanya mengandalkan bakat alami saja namun ia tambah kuat dengan dasar teori, dan patut kita ancungi jempol karya karya anak muda ini mengambil tema dan mengangkat tradisi lokal mereka, artinya kebudayaan kita sudah mulai bergerak menuju kebudayaan yang berdaulat di tanah ibu yang melahirkannya.(*)



Artikel Rekomendasi