Pilih Haris Atau Romi, Ini Kata Pengamat Soal Posisi Gerindra



Senin, 08 Juli 2024 - 16:41:06 WIB



Dr. Arfa'i, S.H., M.H
Dr. Arfa'i, S.H., M.H

JAMBERITA.COM- Keputusan politik Gerindra menarik untuk dinantikan pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jambi 2024. Terlebih setelah wacana untuk mendorong poros ketiga lewat koalisi bersama Demokrat layu sebelum berkembang.

 

Jika melihat kalkulasi politik hari ini, Gerindra akan dihadapkan dengan dua pilihan politik. Pertama merapat ke barisan petahana Al Haris-Abdullah Sani atau memilih mendukung Romi Hariyanto-Saniatul Lativa.

 

Dua pilihan ini tentu memiliki plus minus. Bila merapat ke Haris-Sani, maka Gerindra akan bergabung dengan koalisi besar bersama PAN, PPP, PKS dan Demokrat dengan total 37 kursi dukungan.

 

Dengan dukungan sebesar itu, maka peluang untuk memenangkan Pilgub Jambi akan lebih besar. Tapi secara politik, peran Gerindra akan terbatas dalam proses pemenangan ataupun pengambilan keputusan-keputusan politik kedepan. 

 

Sebaliknya, bila mendukung Romi Hariyanto-Saniatul Lativa kemungkinan koalisi akan lebih ramping. Hadir sebagai partai pengusung utama, Gerindra akan memiliki pengaruh dan peran besar sebagai lokomotif pemenangan. 

 

Ini juga sekaligus akan menguji kekuatan Gerindra sebagai partai pemenang Pemilu yang memiliki basis kuat. Hanya saja, perjuangannya tentu akan menguras energi, lebih berat dan berkeringat.

Pengamat politik Dr. Arfa'i, S.H., M.H, melihat sejak awal Gerindra mencoba mengambil posisi sebagai penentu di Pilgub Jambi. Mereka bergerak menawarkan poros ketiga dengan harapan bisa memainkan ritme agar lebih diperhitungkan. "Ternyata langkah itu kurang tepat. Karena petahana Al Haris bergerak lebih cepat menggalang dukungan banyak partai,” ujarnya, Senin (8/7/2024).

Meski begitu, menurutnya Gerindra tetap bisa menjadi penentu bila mengambil keputusan berbebeda. Dimana Gerindra dinilai harus berani menjadi penggerak, mendorong calon kedua agar rakyat punya pilihan di Pilgub Jambi. 

“Artinya jangan lagi berbicara dia mencalonkan siapa, tetapi berbicara tentang rakyat, agar memiliki pilihan. Gerindra bisa menjadi penggerak menuju calon kedua, itupun kalau mau,” katanya. 

Dengan begitu, kata Arfai, Gerindra tetap bisa menentukan ritmen Pilgub Jambi. Ketimbang bergabung dengan petahana dengan posisi yang tidak terlalu diperhitungkan. “Kalau saya berharap Gerindra itu memilih politik kedaulatan rakyat dengan menjadi partai yang konsisten mendukung calon kedua untuk maju di Provinsi Jambi,” katanya. 

Dosen universitas Jambi (Unja) ini menjelaskan bahwa Gerindra layak menjadi penggerak calon kedua karena punya bargaining yang begitu besar. Terlebih Gerindra memiliki kepemimpinan nasional yakni Prabowo Subianto sebagai Capres terpilih pada 14 Februari kemarin.  

“Kalau misalnya ada calon kedua dan Prabowo ikut turun kebawah, inikan beda ceritanya. Pertanyaannya beranikan Gerindra melakukan hal demikian. Saya lebih tertarik Gerindra melakukan itu supaya jangan satu pasang calon (kotak kosong, red),” jelasnya.

Menurutnya, beberapa partai lain tidak terlalu kuat untuk menjadi partai penggerak. Meski ada PDIP, akan tetapi posisinya agak rumit karena secara nasional tidak begitu kuat. “Kalau Golkar juga tidak begitu kuat. Tetapi berbeda hitungannya kalau Gerindra yang muncul sebagai penggerak,” ucapnya.

Dari pengamatan dirinya, jika berbicara bargaining politik dalam konteks kedaulatan rakyat, seharusnya Gerindra tidak bergabung dengan Haris-Sani. Tetapi lebih mendorong calon kedua agar masyarakat tidak dihadapkan dengan calon tunggal. “Ini sebenarnya lebih menguntungkan Gerindra dalam hal mengukur kekuatan politik nasional dalam konteks politik di Jambi,” katanya.

 Menurutnya, jika bergabung dengan Haris-Sani, maka keputusan Gerindra akan dinilai pragmatis. Walaupun keputusan itu memiliki potensi menang lebih besar, tapi posisi Gerindra tidak akan diperhitungkan dalam gerbong tersebut.

“Kalau berpikir sudahlah lari ke Haris-Sani, berarti dia (gerindra) memilih sikap pragmatis. Gerindra tidak akan diperhitungkan disana, walaupun dalam konteks menang bisa jadi lebih kuat Haris. Tapi dalam konteks pilihan rakyat, orang akan bersuara bahwa Gerindra politik pragmatis, ingin ikut menang saja, tidak berani bertarung,” pungkasnya. (*)





Artikel Rekomendasi